Kamis, 20 Oktober 2011

Saat Tak Semua Do'a Kita Terkabulkan,Bersabarlah



Menatap indahnya senja di tepi pantai, warna kilauan bekas pelangi nambah cerianya sore setidaknya bagi Winda, wanita usia 30 tahunan. Kaki mungilnya masih asyik memainkan gemericik air, lama kelamaan iramanya bergerak cepat seiring irama hatinya yang gundah gulana. Winda tak tahu harus bagaimana lagi ia menghdapi pertanyaan sang ibunda tercinta tentang dirinya, ya ia mengerti benar kekhawatiran orang yang telah melahirkannya.Namun apa hendak dikata ia sendiripun tak pernah mengira akan bernasib tak seberuntung ini.
“win, gimana kabar temanmu yang pernah datang waktu ibu sakit itu lho? ” tanya ibu 2 minggu lalu.
“kelihatannya orangnya baik, sudah sejauh mana hubungan kalian? ” cecaran pertanyaan ibu yang kerap kali membuatku jadi mendustainya, maafkan aku ibu…
“ohh baik bu, tapi kami cuma teman aja kok ga lebih” itu kenyataannya bu, wajah ibu masih sumringah, ” bukan berarti ga bisa lebih kan?”
“Mas Herry sudah beristri bu anaknya 3 sudah sekolah semua” tiba-tiba awan kelabu itu muncul lagi, ibu bergegas masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikanku. Duh ibu, betapa aku juga ingin segera berkeluarga seperti teman-temanku yang lainnya, namun mampukah aku memaksakan semua keinginanku jika hal ini belum jadi inginNya?
“de win, tipe lelaki seperti apa sih yang sebenarnya kamu cari?” tanya mba Del, kakak ipar yang sangat perhatian terhadap adik iparnya. Winda terdiam, angan-angannya tentang laki-laki impiannya ya memang yang seperti mas Heru, kakak laki-laki nomor satunya yang slalu jadi kebanggaan ayah dan ibu sejak masa kecil hingga sekarang. Mas Heru tuh sejak kecil juara kelas, juara ikut perlombaan sana-sini sejak sd, aktif dan luwes, pengetahuannya luas sampai selalu mendapatkan beasiswa bahkan hingga kuliah dan kini kerja di salah satu instansi terkemuka bergengsi namun tetap santun dan low profile.
Seminggu kemudian mba Del datang sambil menyodorkan foto seorang lelaki kenalannya yang hendak mencari calon istri kepada Winda.
“orangnya baik dan ramah, kenalan aja dulu biar lebih akrab nantinya” Winda lama terdiam namun akhirnya ia menghargai usaha kakaknya. lalu iapun menganggukan kepalanya.
walhasil setelah perkenalan yang cukup singkat, seminggu kemudian Winda pulang bekerja dengan jalan gontai, perkenalannya dengan relasi mba Del cuma sampai tahap perkenalan aja, Winda memang anti rokok sedangkan cowok itu sejak mereka bertemu tak henti-hentinya mengepulkan asap rokoknya.
Lama Winda termenung, ia sangat menghargai usaha ibu serta kakaknya dalam mencarikan jodoh untuknya namun buntutnya selalu menemui  ketidakcocokan, ada saja hal yang dirasanya nggak klik.
Pagi ini Winda lagi-lagi mencoba menuruti kemauan ibu agar dirinya coba dirukiah saja sekedar untuk menghilangkan aura-aura negatif dari tubuhnya. Ya Tuhan sampai sebeginikah nasib hamba, apa salah dan dosa hamba hingga acapkali menemui satu demi satu kegagalan dalam membina hubungan, lirihnya datar. Padahal Winda termasuk gadis yang cukup supel, ramah dan energik tapi mengapa jua tak Kau mudahkan jalan hambamu ini.
Sepulang Winda bekerja di ruang tengah dilihatnya ibu sedang mengobrol dengan seorang wanita paruh baya pakaiannya seperti seorang paranormal, ah masa iya ibu jadi percaya hal-hal klenik sih, ia mencoba menepis prasangkanya.
“Nah ini dia putri saya sudah pulang, sini nak” winda menghampiri perlahan.
“kemari jangan takut , saya akan membuang segala kesialan di raga kamu” ucapan wanita itu membuat winda merinding bulu kuduknya. ibu nampak antusias.
“dirimu diliputi aura jelek dan sial, ada kabut hitam yang menyelimuti dirimu sehingga para lelaki enggan memperhatikan atau berada lebih lama di dekatmu…” sang paranormal lalu membisikan sesuatu ke telinga ibu, sedikit terkejut namun seketika ibu kembali bersemangat.
“hah? kenapa harus seperti ini bu, ini musyrik win ndak mau…”
“tapi ini semua demi dirimu nak, lakukanlah ibu ingin sekali melihat dirimu bersanding dipelaminan sebelum ibu tiada…” lirih suaranya membuat winda kembali dilema, penyakit diabetes ibu memang semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Winda tak bisa membayangkan dirinya harus berendam semalam suntuk di air kembang yang sudah diberi mantra-mantra. Ya Robb, berikanlah petunjukMu…lindungi hamba…winda berlari sekencang mungkin tujuannya cuma satu rumah mas Heru. Dari kejauhan ibu terlihat memanggil-manggil namanya untuk kembali. Maafkan winda bu, kali ini win ndak bisa menuruti keinginan ibu.
Setibanya di rumah masnya ia langsung memeluk erat mba del.
“win ndak mau durhaka tapi win ndak mau cara musyrik begini mba…” mba del mengusap lembut pundak adik iparnya. Winda tertidur sampai sore begitu disadarinya suasana sepi hanya ada sepucuk surat dari mba del.
de win kalau sudah bangun segera ke rumah sakit mitra ibu anfal…
Selang infus dan berbagai macam peralatan medis mengelilingi ruangan berac tempat ibu dirawat, menurut tetangga ibu terjatuh saat berlari mengejar dirinya. ah winda sungguh menyesal teramat dalam, andai saja waktu bisa berputar kembali…
“mas ini semua salah win…”
“kita berdoa saja agar ibu segera sembuh…” jemari ibu tiba-tiba terasa dingin, lirih beliau menyebut nama winda dan mas heru serta mba del dan kedua orang cucunya Fathir dan Fathiya, suasana menjadi sedemikian haru, mas Heru membimbing ibu mengucap dua kalimat syahadat, 5 menit kemudian yang terdengar adalah suara raungan penyesalan winda. Bu…bangunlah bu jangan tinggalkan winda, winda janji akan menuruti semua keinginan ibu, winda janji ndak akan membangkang lagi, bu …bangun bu tidakkah ibu ingin melihat winda di pelaminan…winda sudah berusaha berdoa bu semaksimal mungkin tapi winda juga tak ingin seperti ini, winda mengerti ibu malu karna banyak orang yang menjuluki dirinya perawan tua tapi winda bisa apa? Bu masih ingatkah ibu waktu kecil sering mendongengkan winda tentang doa-doa yang belum terkabul, ibu selalu mengajari winda untuk bersabar…
Menjelang 40 hari sepeninggal ibunda tercinta
Bu…hari ini mba del datang membawa kabar gembira yang telah lama ibu nanti-nantikan, salah seorang relasinya yang dulu pernah datang ke rumah kini meminta winda pada mas Heru, rencananya jika tak ada aral melintang minggu depan kami akan taaruf, andai waktu bisa diputar ulang pasti senyum simpul khas ibu segera terbayang di pelupuk mata winda. Lelaki perokok berat itu rupanya sudah berubah katanya sejak bertemu winda, ia bilang sejak bertemu winda ia merasa windalah yang paling cocok untuknya.
Allah yang Maha membolak-balikan hati manusia…niscaya hanya kepadaMulah hendaknya kami selalu menghaturkan doa-doa kami yang teramat banyak meminta, jika saja kesabaran itu selalu ada di hati kami saat kami merasa Kau belum mengabulkan …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar